Cerita Takahashi Minami Tentang AKB48
Tahun 2015, sudah berlalu 2 bulan. Dalam waktu 10 bulan lagi, AKB48 akan memasuki usianya yang ke-10. Dalam usia kesepuluh itu AKB48 juga akan ditinggalkan salah seorang anggotanya yang sudah ikut berjuang bersama AKB48 semenjak pertama kali berdiri. Ya, Takahashi Minami, atau yang dikenal dengan Takamina akan lulus dari AKB48 pada bulan Desember mendatang. Dalam sebuah kesempatan, Shinji Inoue, penulis dari Yomimuri Shimbun telah melakukan wawancara dengan Takamina untuk mengorek beberapa pendapat Takamina tentang AKB48.
Dalam zodiak China, tahun 2015 merupakan Tahun Kambing. Ini adalah tahun yang penting bagi AKB48, paling tidak untuk 2 alasan. Pertama, karakter huruf kanji pada kata “hitsuji’ (羊) (kambing, dalam bahasa Jepang) juga terdapat dalam kanji untuk kata “mure” (群れ)(kelompok) , yang mana awalnya diciptakan untuk menunjukan kawanan domba yang selalu berkelompok bersama-sama. AKB48, sebagai “kawanan” anak-anak muda, tentunya pantas untuk mendapatkan perhatian tersendiri.
Kedua, Takahashi Minami, salah satu generasi pertama dari AKB48 yang lahir pada awal-awal Tahun Kambing, akan meninggalkan grup pada akhir tahun.
“Sejak kecil, saya bukanlah tipe orang yang selalu berkumpul bersama dengan yang lainnya” , kata Takamina, yang sudah menjabat sebagai Soukantoku sejak tahun 2012. “Saya sebenarnya suka melakukan (sesuatu) sendiri, jadi ini terasa begitu aneh (saat bersama-sama di grup dalam waktu yang lama)”
Lahir bulan April 1991 di Tokyo, Takahashi Minami bergabung dengan AKB48 pada tahun 2005. Selain aktif bersama AKB48, dia juga aktif sebagai anggota No Sleeves dengan Kojima Haruna, dan Minegishi Minami, yang juga anggota generasi pertama AKB48.
Bersama anggota sister grup di Nagoya, Osaka, Fukuoka dan beberapa di luar negeri, AKB48 Grup total memiliki sekitar 450 anggota.
Dalam grup yang terdiri dari gadis-gadis yang memiliki perbedaan umur dan kepribadian yang harus bekerja sama, Takamina mengaku tidak tahu harus bersikap bagaimana awalnya. “Tidak seorangpun menyangka akan menjadi bagian dalam sbuah grup yang besar. Karena perbedaan umur dan beberapa alasan lainnya, maka kami membutuhkan waktu yang tidak sedikit sampai kami mampu beradaptasi dengan keadaan(sekitar)”, ungkap Takamina.
Sebagai anggota dari grup (AKB48), tidak seorangpun anggota diperbolehkan untuk menunjukan ketidak mampuannya dalam bernyanyi dan menari. “Jadi, semuanya merasa putus asa ketika mereka (diharuskan) meningkatkan kemampuannya”, tambah Takamina. Bagaimampun juga, ketika para anggota berdiri diatas panggung untuk melakukan debut pertunjukan (teater), mereka menghadapai sebuah kenyataan, bahwa mereka melihat banyak kursi kosong didepan mereka. Saat itulah, para member mulai untuk bergerak menuju arah yang sama. “Kita semua khawatir, apa yang akan kita lakukan setelah ini, dan inilah yang membantu kita untuk bersatu”, kata Takamina.
Menyelesaikan masalah bersama-sama, berbagi kesenangan dan kesedihan, bersatu untuk satu tujuan. Apa yang telah dilakukan oleh grup ini bisa dilihat sebagai model pertumbuhan konvensional yang biasa ditemukan di dunia bisnis di Jepang. Namun, dalam kasus AKB48, kompetisi yang dibawa kedalam grup bertujuan untuk membantu mereka berkembang, sehingga bisa dilihat oleh masyarakat luar.
Misalnya, pada suatu titik dimana jumlah anggota bertambah, sehingga grup tersebut harus dibagi menjadi beberapa kelompok. “Kita berpikir bahwa anggota generasi pertama akan terus bekerja sama, sehingga ketika kita mendapatkan kabar bahwa kita akan bersaing melawan anggota yang lain dalam kelompok yang berbeda, saya sempat merasa putus asa. Kita dalam kondisi yang sulit karena kita menjadi teman dan juga musuh dalam waktu yang sama”, ungkap Takahashi Minami
Terlebih kemudian diadakan sebuah kontes popularitas yang biasa disebut dengan ‘Senbatsu Sousenkyo’ dan juga pergantian anggota grup (shuffle). Dari sini para member diharuskan membentuk karakter mereka sendiri. Takamina kemudian menyadari bahwa cara ini membantu grup untuk terus berkembang.
“Hal ini terasa seperti peombakan kelas (ketika sekolah). Jika kamu selalu bersama dengan orang yang selalu memberimu kemudahan, kamu tidak akan mendapatkan tantangan, dan tidak akan mampu berkembang”, lanjut Takamina. “Jika kamu kehilangan sesuatu yang sudah kamu ciptakan, maka kamu akan berjuang untuk membuat koneksi dengan orang lain, dan akan menciptakan (hubungan) yang baru”
Para fans AKB48 selalu mengamati konflik dan bertumbuhan yang terjadi di masing masing grup. Masing-masing anggota AKB48 memiliki sekelompok fans, para fans ini akan bersatu dan berusaha untuk membantu idola mereka menang dalam kompetisi.
“Jika kamu melakukannya sendiri, maka akan banyak rintangan yang akan anda sulit atasi. Itulah mengapa kamu membentuk sebuah grup. Jika kamu mengatasi tantangan bersama-sama dengan yang lainnya, kamu akan merasakan sebuah kepuasan ketika menyelesaikannya. Itulah hal yang menakjubkan ketika bersama-sama dengan lainnya.”
AKB48 akan merayakan ulang tahunnya yang ke-10 pada bulan Desember tahun ini. Pada akhir tahun lalu, Takahashi Minami mengumumkan bahwa dia akan lulus dari AKB48. “Saya ragu, apakah saya akan dapat merasakan kepuasan yang luar biasa (setelah meninggalkan AKB48)”, lanjut Takamina. Sebelumnya dia juga berkata, bahwa member yang sudah lulus dari AKB48, seperti Maeda Atsuko, memberikan dia komentar-komentar yang positif setelah mereka meninggalkan AKB48.
“Saya pikir, saya pasti akan memiliki banyak waktu untuk diri saya sendiri. Hingga sekarang, saya selalu berpikir tentang grup dibandingkan diri saya sendiri, jadi saya masih tidak bisa membayangkan, akan seperti apa jika saya tidak melakukan hal itu. Tapi sekarang, saya ingin menghabiskan tahun ini, tahun terakhir saya (bersama AKB48) dengan membawa (AKB48) ke tahap berikutnya dengan indah”, tutup Takahashi Minami
via The Japan Newssumber : http://www.gwigwi.com/cerita-takahashi-minami-tentang-akb48-8763/
0 komentar:
Posting Komentar