Sakishima Hikari, Mukaido Manaka, Hiradaira Chisaki, dan Isaki Kaname
adalah 4 orang anak 14 tahun penghuni bawah laut yang merupakan sahabat
akrab sejak kecil. Setelah sekolah bawah laut mereka ditutup,
keempatnya pindah ke sekolah di daratan. Pertemuan keempatnya dengan seorang siswa daratan, Kihara Tsumugu, pun mengubah segalanya, khususnya apa yang ada dalam hati masing-masing.
Review:
Saya akan mulai dengan beberapa pertanyaan.
- Pernah nggak, Anda suka sama seseorang, tapi orang itu ternyata suka dengan temen baik Anda sendiri?
- Pernah nggak, Anda confess sama seseorang, padahal sudah tahu bakal ditolak karena satu dan lain alasan, just for the sake of relieving yourself?
- Pernah nggak, Anda terus-menerus mengaku suka sama seseorang, padahal Anda jelas-jelas jauh lebih deket sama orang lain dan merasa amat sangat nyaman dengannya, tanpa sadar sejak kapan kenyamanan itu tercipta?
- Pernah nggak, Anda terlalu fokus suka sama seseorang yang *pada akhirnya* menolak Anda, sampai-sampai Anda nggak menyadari kalau ada orang lain yang menganggap Anda sebagai orang yang spesial dan selalu setia memandang diri Anda dari kejauhan?
- Pernah nggak, Anda suka sama seseorang yang Anda kenal dari kecil, tapi SUSAH banget untuk confess sama orang itu?
Kalo Anda pernah mengalami 2 atau lebih di antara gejala-gejala di atas, segera periksakan ke psikiater saya nyatakan Anda siap untuk "nyemplung" ke dalam suasana emosional anime ini. Kalo nggak pernah satupun, well... kasian deh lu nikmati sajalah! Animenya bagus kok~ d(≧∀≦)
Format biasa yah. Kelebihan!
Pertama, visual.
Studio P.A. Works kembali menghadirkan sesuatu yang terlalu amazing untuk dilewatkan kecuali Anda penyandang disabilitas mata atau mungkin bintitan. Nggak bisa saya deskripsikan banyak-banyak, pokoknya silakan lihat sendiri betapa indahnya Bikini Bottom
desa bawah laut Shioshishio dan sisik-sisik berkilauan yang menari di
kedalaman. Desain karakternya juga oke, dengan seragam ijo-putih yang...
HNNNGGGGG~ Plus, siput lautnya lucu... (≧∀≦) (padahal mah binatang
aslinya bikin geli-geli somplak)
Kedua, sistem.
Seriously, perpaduan legenda dan timeline
masa kini alternatif yang disuguhkan bener-bener bikin saya jatuh hati!
Hebatnya lagi, saya nggak menemui satupun hal mengenai sistem yang
tidak dijelaskan, nggak ada sedikitpun yang bolong. Diceritakan secara
gamblang, simpel, dan bercampur sempurna dengan flow alur tanpa mengganggu flow emosi yang ada.
Ketiga, elemen.
Komplit, unik, dan perfectly concluded! Baik yang menggelitik logika maupun yang memeluk perasaan, keduanya ada di anime ini. Elemen time skip yang ada bener-bener sukses menjadi modal bagi plot dan development
untuk berkembang keren gila-gilaan dan berhasil mengaduk-aduk perasaan.
Segala konflik juga selesai tuntas tas tas TASSS! Masalah hubungan
antar karakter-karakternya selesai (siapa dapet siapa, siapa yang nggak
dapet siapa-siapa), orang-orang darat dan laut sukses berdamai, dunia
terselamatkan, dan hebatnya... misteri pada legenda masa lalu yang
menjadi fondasi cerita juga diakhiri dengan konklusi yang klik!
Keempat, efisiensi.
Ke-26 episode 100% BERHASIL menjadi
rangkaian cerita utuh tanpa ada satu episodepun yang tidak berguna.
Bahkan saya berani mengatakan, NGGAK ADA SATUPUN MENIT PADA PLOT YANG
TERBUANG SIA-SIA! Tiap menitnya (MENIT!) selalu mengantarkan saya pada
level plot/character development yang lebih sakinah, mawaddah, dan warrahmah
yang lebih baru dan berkembang. Eksekusi plot yang padat dan super
efisien ini... beneran, jarang BANGET ada di anime-anime jaman sekarang
yang sangat terindustrialisasi. Well... mungkin karena anime
original juga ya. Jadi udah dirancang bener-bener paten dari awal supaya
26 episode ceritanya ini ini ini dengan ending begini. Kalo hasil
adaptasi dari media lain pasti ada yang entah dipangkas entah
ditambah-tambahin supaya muat dengan jatah slot 12/13/24/26 episode.
Kelima, eksekusi dan ide.
Idenya... serius, klasik. Klasik
banget, hampir kayak dongeng-dongeng jaman dulu. Tapi! Eksekusinya
bener-bener sadis, keren abis! Kadar racikan bumbu sweet, heartwarming, sad, and sorrow-nya
juga pas BUANGET. Kembali ke analogi masakan, "bahan utama"nya murah
meriah, tapi "bumbu-bumbu" dan "tingkat kematangan" yang dihasilkan
begitu sempurna! Jadilah "hidangan" anime yang maknyus, sangat cocok
disantap oleh jiwa-jiwa galau yang lapar.
Keenam, bom. Eh... "ledakan" dalam cerita.
Bisa saya bilang kalau hal ini adalah salah satu special move dari sebuah film/anime drama. Saya kasih contoh adegan:
A: "Sebenernya... aku suka sama C..."
B: "Oh ya? Aku denger padahal C sukanya sama D."
A: "Iya, makanya kamu jangan ngomong-ngomong ke D---"
Dan si D, yang merupakan temen akrab
A dan B, tiba-tiba udah berada dalam posisi di deket keduanya, sempet
denger pembicaraan. BHUMMMM!!!
Bagi sebagian orang, trik itu basi
dan biasa. Tapi kalo buat saya pribadi, nggak. Jika penempatannya sangat
tepat, maka dapat menjadi efek kejut yang menggebrak. Dan itulah yang
ada di anime ini. Timing-nya dalam "menjatuhkan bom" begitu
sempurna dan nggak bisa diprediksi, sampai-sampai saya refleks berseru,
"NHAAAAA... ketauaaannn... JRENNGGGG".
Ketujuh, the finale...
KARAKTER!
Saya harus kasih applause buat para staff P.A. Works sebanyak bilangan Avogadro untuk hal ini. Inilah yang memungkinkan Nagi no Asukara menjadi drama romance dengan hembusan flow
emosi yang bikin saya galau total. Seluruh karakter utamanya berhasil
menjerat empati saya secara maksimal! Jujur, nggak keitung berapa kali
saya nangis dari episode 1-26... (>__>)
Dan terpaksa... saya harus menggunakan border keramat ini lagi.
===SPOILER ALERT===
Kemarilah dan akan kupeluk kalian! #bletak |
Setelah time skip, sifat gigihnya itu kembali ditunjukkan demi
Berantem yuk? :3 |
Setelah time skip, sleeping beauty yang satu ini tetap tertidur hingga 3/4 total episode berjalan, terbangun dengan cara yang... cukup bikin saya nyeletuk, "Heh?". Namun lagi-lagi, kehilangan "sesuatu hal" yang dialaminya setelah terbangun dari tidur sukses mengobrak-abrik plot, mengarahkannya menuju klimaks kedua, bersamaan dengan terungkapnya "keraguan yang dirahasiakan" yang ditunjukkannya sebelum time skip. Well... actually, saya punya kelakuan yang beda tipis dengan main heroine. Sekedar kagum? Beneran cinta? Ataukah karena batas antara 2D dan 3D yang udah agak nge-blur buat saya?
Mau pegang... #plak |
Sebagai satu-satunya orang laut yang berubah setelah time skip, Chisaki pun punya waktu tambahan untuk terus bersama dengan seseorang yang juga berubah. Heroine paling batu dan indecisive di anime ini dalam urusan perasaan. Meski terus-menerus mengaku kalo dirinya suka sama Hikari, tetapi practically dia JAUH lebih nyaman bersama seseorang yang juga berubah tersebut tanpa menyadari sejak kapan perasaan nyaman itu muncul. Pada akhirnya... bisa ditebak ya? Dan seandainya saya diperhadapkan dengan skenario yang sama dalam hidup, saya mungkin bisa menjadi JAUH lebih indecisive dari Chisaki. Mulut sih terus ngomong si A, tapi hati nyaman ke si B... ~!@#$%^&*()_+
Scene wajib nangis 1 - Part I |
Mengetahui Chisaki yang berubah, cowok yang satu inipun menjadi lebih agresif dalam melakukan serangan-serangan ke jantung pertahanan lawan. Sayangnya, semuanya masih membentur mistar hati sang pujaan (maap, World Cup effect XD). Mirip-mirip sama Hikari, dia terlalu fokus pada Chisaki dan parahnya, digantungin tanpa ada kata "NO" yang lugas. Karena sejak awal dia sering merasa "paling nggak cocok sendiri" sama ketiga temennya yang lain, seringkali dia ngerasa sendirian meski nggak pernah ditunjukkan. Kesabarannya berbuah hasil yang memuaskan, mendapatkan grand prize seorang cewek yang selalu memandang dia dari kejauhan. Emm... and I really understand his loneliness. #nangisdarah
Hello, girl. I have come. |
Time skip membawa berkah buat Tsumugu, seseorang yang juga berubah selain Chisaki. Permintaan kakeknya yang mengajak Chisaki tinggal bareng serumah (isi rumahnya jadi Tsumugu, kakeknya Tsumugu, plus Chisaki) menjadikan dirinya sebagai karakter utama pertama di anime ini yang mendapat jackpot. Meski demikian, nggak ada tanda-tanda di anime yang menunjukkan kalo dirinya dan Chisaki pernah pacaran apalagi bikin kelakuan "aneh-aneh" (please throw aside your dirty mind). Kerennya lagi, dia mendeklarasikan secara jujur dan lantang perasaannya pada Chisaki sewaktu sedikit ada konflik dengan Hikari, kemudian mengatakannya empat mata pada si cewek yang dimaksud. So gentleman! Udah gitu bisa jadi pendengar dan penyimpan rahasia yang baik pula. #sembah
Third heroine, Hisanuma Sayu, yang baru bisa digolongkan sebagai main heroine setelah time skip. Seorang yang pada awalnya hanyalah loli biasa yang sedikit annoying dan bandel, namun berhasil ditaklukkan oleh Kaname. Meski Kaname cuma memberikan perlakuan yang simpel, namun efek jangka panjangnya membekas banget buat Sayu. Sejak saat itulah loli yang satu ini menyimpan perasaan pada Kaname.
Time skip menjadi kesempatan bagi dirinya untuk berkembang lebih baik. Terinspirasi cinta masa kecilnya, Sayu berubah menjadi seorang cewek rajin dan pinter, semata-mata supaya dirinya nggak dianggap anak kecil lagi oleh pujaan hatinya, Kaname, seandainya cowok itu terbangun. Dan... penantiannya nggak sia-sia setelah memendam perasaan tersebut sekian lama. Cewek inilah yang saya bilang grand prize bagi Kaname. Ah... first love is really beautiful... especially from childhood ones... #nangisbeling
Best of the best of the best of the best girl of the show sekaligus temen baik Sayu, Shiodome Miuna. Sama seperti Sayu, Miuna nggak bisa saya katakan main heroine sebelum time skip terjadi. Dan 11-12 dengan Sayu, Miuna juga punya seorang childhood crush, yaitu sang main protagonist, Hikari. Sebelum time skip, diceritakan bahwa Akari, kakaknya Hikari, menikah dengan papanya Miuna (ibu kandungnya diceritakan udah meninggal sebelum timeline di cerita). In the other words, Miuna suka sama paman tirinya sendiri. Tapi rapopo toh kalo om tiri? :P
Mirip dengan kasus Sayu, Miuna juga terus sabar menunggu hingga Hikari terbangun. Sampai di sini, bisa saya katakan nggak sia-sia karena dialah salah satu orang yang menemukan Hikari pertama kali setelah time skip. Keseriusannya pada Hikari juga ditunjukkan dengan menolak temen sekelasnya yang confess padanya. Namun naas, segalanya nggak berjalan sesuai harapan Miuna. Perasaan sukanya pada Hikari terus ditekan dan disembunyikan (meski akhirnya ketauan dalam suatu krisis), karena dia tahu Hikari cuma punya satu orang di hati: Manaka. Seriously... she deserves a far better reward. JADI KAYAK MIUNA ITU SAKIT TAU GAK! SAKITTTT!!!! UDAH NUNGGU LAMA, EH NGGAK DAPET!!!!! ARRRGGGHHH SERIOUSLY WHYYYY щ(゚Д゚щ) #curcol
===SPOILER END===
tl;dr version: problem-problem yang ditonjolkan tiap karakter terasa begitu alami dan banyak dialami oleh orang-orang di dunia nyata (including myself). Tambah bumbu fantasy, heboh sudah anime ini. d(≧∀≦)b
Mungkin Anda akan pernah melihat/mendengar beberapa komentar yang menganggap garis relationship dari ketujuh orang karakter utama terbilang kusut, ribet, simpang siur, dll-nya. Tapi saya katakan, TIDAK. Justru di sinilah keunikannya. Kalau anime ini cuma berkisar tentang Hikari x Manaka semata, saya nggak yakin kualitas dramatisasinya akan sebaik ini. Yakin deh, pasti jauh di bawah. Lagipula baru juga 7 orang, masa nggak sanggup? :P
Lanjut ke audio!
Seiyuu, no problem. Semuanya terasa cocok dan nge-blend dengan karakter masing-masing. Kalo OST... sorry to say, bukan selera saya. Secara objektif bagus-bagus kok, baik opening dan ending theme 1 dan 2. Cuma kalo bagi telinga saya, semuanya itu bukan sesuatu untuk didengerin sehari-hari. Kalo dirasa cocok dengan selera Anda, jangan ragu untuk beli/download.
Scene wajib nangis 2 - dengan catatan khusus |
Tujuh kelebihan nggak menjamin Nagi no Asukara nggak punya kelemahan sama sekali. Emm... bukan kelemahan juga sih, cuma 1 yang bisa dianggap kelemahan. Yang 2 lagi lebih ke arah "annoying factor".
Satu hal yang bikin nilai Nagi no Asukara nggak bisa mencapai 9.7, 9.8, 9.9, apalagi 10: garis plotnya terlalu sederhana, twist nggak menggigit. Cukup nonton beberapa episode awal, ketebak sudah siapa akan jadian sama siapa (cuma yang nggak dapet siapa-siapa yang saya agak ragu karena sempet ngarep twist), tinggal mengira-ngira alasan gimana jadiannya. Untuk orang yang cukup memperhatikan subtle clue, semuanya sudah ketahuan bahkan sebelum episode 13 (termasuk untuk Sayu!). Seandainya ada twist menggebrak (contoh sederhana: ada yang mati, ada yang rebutan sampe perang-perangan tapi yang dapet malah yang nggak ikutan perang, atau main protagonist malah jadi sama yang lain), anime ini langsung saya lempar pake angka 9.9. Untung aja ngaduk-ngaduk emosinya cukup jago... jadi faktor ini nggak bikin anjlok-anjlok banget.
Langsung ke annoying factor pertama: hampir setiap episode pasti ada yang nangis. Sumpeh deh, sesensitif-sensitifnya saya, segampang-gampangnya saya nangis kalo nonton sesuatu yang menyentuh... kalo keseringan ditampilin scene nangis itu keterlaluan. Seakan-akan para karakter di sini lemah banget.
Annoying factor kedua adalah ciri dalam drama yang saya nggak suka: lagi adu argumen, eh... yang satu ngambek, marah, TERUS LARI KABUR dari TKP, entah yang cowok ataupun yang cewek. Ini BERKALI-KALI saya temui di dalam animenya. Kalo saya pribadi prefer 2 karakter itu bacot-bacotan sekeras mungkin di TKP (sampe si cowok digampar si cewek juga nggak masalah), yang penting yang mau diomongin bisa tuntas.
---------------
Rating:
9.6/10 (S rank) buat Nagi no Asukara untuk keindahan visualnya, kelengkapan sistem dan elemen-elemen, cerita yang padat berisi tanpa plothole, serta karakter-karakternya yang memorable dan sukses memainkan flow emosi secara sempurna.
Direkomendasikan untuk para pencari anime drama romance yang serius tanpa banyak basa-basi with zero filler, plus fantasy.
0 komentar:
Posting Komentar