Naruto Humor
Yo minna!! ini post pertama saya .. walau sedikit copas :v (sebenarnya semua *plakk ) ne semoga kalian suka
main : all a character Naruto
genre : humor
Disclaimer : Masashi Kishimoto
.
Selamat membaca..
.
.
.
Tidak seperti siang di hari biasanya, siang ini cuacanya sangat dingin
karena musim hujan. Hinata yang rentan terhadap penyakit langsung
terkena flu berat hanya dalam satu hari. Setiap hari dia datang ke
sekolah dengan jaket ungunya. Setiap hari pula dia bertemu dengan Uchiha
Sasuke, sang Pangeran di sekolahnya.
Entah mengapa, tetapi semenjak dia sakit, setiap hari, saat dia baru
datang, di pagar, dia selalu melihat Sasuke yang mentapnya intens.
Hinata merasa ngeri melihat Sasuke yang menatapnya seperti itu. Sungguh
dia belum sekalipun bermasalah dengan Sasuke.
"Hei, Hinata. Kau mau pergi ke UKS untuk istirahat sebentar? Sepertinya
aku juga akan terkena flu.." ujar Tenten yang tiba-tiba saja muncul.
"Boleh.." Hinata menjawab pertanyaan Sasuke dengan lemah. Dia sangat tidak bersemangat hari ini.
"Ayo!" seru Tenten lalu menarik Hinata dari tempat duduknya.
Sasuke yang melihat Hianta pergi, langsung bangkit dari tempat duduknya kemudian keluar dari kelas, meninggalkan teman-temannya.
"Ada apa dengannya?" tanya Naruto kepada yang lain.
Sai mengangkat bahu lalu berujar, "Dia jatuh cinta kepada Tenten."
"Ehem!" Neji berdehem keras. "Tenten pacarku, bodoh!" Neji menatap tajam Sai.
"Maaf, lupa.." jawab Sai. "Berarti dia jatuh cinta kepada Hinata!" Sai kembali mengambil kesimpulan.
"Ehem!" Neji kembali berdehem keras.
"Hei! Hinata hanya adikmu, bodoh!" bentak Sai kepada Neji.
"Kau yang bodoh! Leher ku gatal, makanya aku berdehem!" Neji balas membentak.
"Oh.. Maaf.." Sai memasang senyuman, berharap Neji memaafkannya.
"Sudah.. Sudah.." Naruto melerai. "Kembali ke topik, kenapa kau bisa
berkesimpulan sperti itu, Sai?" tanya Naruto dengan nada seperti seorang
detektif.
"Karena dia selalu menunggu Hinata datang di depan pagar sekolah, dia
selalu memperhatikan Hinata, dan.." Sai menggaruk kepalanya yang gatal
karena ketombe. Naruto dan lainnya mentap jijik kepada Sai. Sai hanya
nyengir. ".. Saat Tenten dan Hinata keluar tadi, Sasuke langsung bangkit
dari kematian, eh, salah.. bangkit dari tempat duduknya lalu menyusul
Hinata pastinya.." Sai mengakhiri penjelasannya.
"Oh.. Itulah mengapa kau menyimpulkan Sasuke suka pada Tenten?" tanya
Gaara, yang mulai tertarik. Dia baru tahu bahwa Sasuke juga bisa jatuh
cinta. Dari awal bertemu, dia berpikir Sasuke itu homo.
"Ya. Benar sekali!" Sai memukul Naruto.
"Ouch.." Naruto mengelus-elus tangannya.
"Aku akan menyelidikinya. Siapa mau ikut?" tanya Sai. Tidak ada yang
angkat tangan. "Jarang loh melihat Sasuke fall in love.." goda Sai
kepada teman-temannya, agar teman-temannya mau ikut bersamanya.
"Aku mau!" seru Naruto sambil memukul Sai.
"Aku juga." Ujar Gaara.
"Aku tidak." Ujar Neji.
"Ada yang tanya?" Sai menatap Neji dengan tatapan aneh sehingga membuat Neji kesal.
"Baiklah kita akan menyelidikinya mulai sekarang!" seru Sai. Kiba tiba-tiba muncul.
"Ada yang ku lewatkan?" tanya Kiba yang baru kembali dari WC.
"Huh.. Kau terlambat.." jawab Naruto sambil melipat tangan di dada.
"Kalau begitu jelaskan ulang padaku.." ujar Kiba lagi.
"Tidak ada siaran ulang." Ujar Naruto lalu berdiri. "Ayo!" Serunya
kemudian berjalan keluar kelas di ikuti oleh teman-temannya yang lain.
Kiba mentap Neji yang masih diam di tempat. "Nggak ikut?" tanyanya.
"Tidak." Jawab Neji, "Mereka ingin menyelidiki apakah Sasuke benar-benar
menyukai Hinata. Aku pikir itu adalah salah satu kegiatan yang membuat
hidupmu terlihat sia-sia." Neji menjelaskan layaknya pendeta yang sedang
berkotbah.
"Itu seru dan asyik!" Kiba pun segera menyusul teman-temannya yang lain.
Tapi sebelum berlari menyusul teman-temannya, Kiba memberi tahu Neji
sesuatu, "Kau tahu, menurutku, dengan duduk diam seperti itu tanpa
melakukan apa-apa, itulah yang membuat hidupmu terlihat sia-sia." Lalu
pergi meninggalkan Neji.
"Baiklah. Aku ikut." Ujarnya pelan lalu pergi menyusul teman-temannya.
.
.
.
"Hachuu.." Hinata bersin untuk kesekian kalinya.
"Hn. Sebaiknya kau pulang dulu." Ujar Sasuke yang dari tadi melihat Hinata bersin.
"Huh.. Aku takkan melewatkan pelajaran hari ini.." Hinata menjawab pelan.
Oh, ya. Apa kalian tahu mengapa Sasuke bisa berada di dalam UKS bersama
Hinata? Lalu di mana Tenten? Tenten sudah pulang karena tidak tahan.
Bagaimana dengan Sasuke? Saat Sizune-sensei mau mengambil obat untuk
Hinata, Sasuke menawarkan diri untuk mengambilkannya dan merawat Hinata
selama di UKS. Jadilah dia di sini. Duduk membaca novel berjudul
Moonlight karya Rachel Hawthorne. Saat Hinata bertanya mengapa dia ada
di sini, Sasuke menjawab, "Sizune-sensei menyuruhku. Ada masalah?" dan
kita tahu bahwa dia berbohong. Tidak mungkin kan', Sasuke akan
mengatakan, "Aku yang menawarkan diri. Ada masalah?" itu akan membuat
Hinata shock dan penasaran mengapa Sasuke mau merawatnya.
"Kau terlalu rajin." Sasuke kembali membaca novelnya. Dia hampir membaca
semuanya. Dia sudah sampai di mana Kayla akan melewati perubahan
pertamanya. Dia berharap, dia dan Hinata adalah seorang Shifter.
Ternyata imajinasi Sasuke tinggi juga.
"Aku sudah di ajarkan seperti itu sejak kecil. Keberatan?"
Sasuke mengangkat bahu, Hinata memutar bola matanya lalu kembali tidur.
Dia kesal pada Sasuke yang mengacuhkannya. Kenapa juga Tenten harus
pulang?
Di saat dia sakit, yang ia butuhkan hanyalah seorang teman untuk di ajak
berbagi. Tapi sayangnya, Sasuke bukan orang yang tepat. Karena terlalu
lelah memikirkannya, Hinata jatuh terlelap, lalu tertidur pulas. Sasuke
tersenyum melihatnya.
.
.
"Apa yang kau dapatkan, Naruto?" tanya Kibe sembari mengusap hidungnya yang berair.
"Mereka membahas sesuatu yang tak penting dan pendek." Jawab Naruto.
"Hn. Sasuke membosankan, soalnya. Jadi, mungkin Hinata tidak tertarik padanya." Ujar Gaara.
"Ya, jangan mengatai orang lain juka kau lebih membosankan, Sabaku No Gaara." Sai tersenyum manis membuat Gaara mual.
"Hei, mana Neji?" tanya Kiba karena seingatnya tadi Neji ikut menyusulnya.
"Dia tadi mengantar Tenten pulang." Jawab Gaara.
"Oh.."
"Kita akan terus mengikuti Sasuke, kemanapun dia pergi." Ujar Sai.
"Bahkan ke toilet?" tanya Naruto.
Sai mengangguk. "Ya. Tapi jangan sampai kita di curigai."
"Tentu." Kiba menanggapi.
Kemudian mereka berjalan keluar sekolah.
"Oh ya. Kenapa kita kaluar?" tanya Kiba pada Sai.
"Eh? Kita keluar ya?" bukannya menjawab, Sai kembali bertanya.
"Aizz.. Ada apa denganmu Sai?" tanya Kiba sambil menaruh punggung tangannya ke kening Sai.
"Dingin.." ujar Kiba.
"Tanda?" tanya Naruto.
"Gila." Jawab Kiba lalu mereka tertawa bersama. Gaara yang melihat itu hanya tersenyum berusaha tidak tertawa.
"Ya.. Tertawa lah terus." Ujar Sai sinis sambil berjalan ke depan. Saat dia berbalik, dia-
'TINGG'
-menabrak tiang listrik sehingga menumbuhkan benjol besar di keningnya.
Dan semakin menjadilah tawa Kiba dan Naruto. Gaara yang tidak sanggup
menahan tawanya, sembunyi di balik pohon kemudian tertawa dengan keras.
Tukan becak yang melihat mereka tertawa dan Sai yang pingsan, hanya
geleng-geleng.
"Anak muda sekarang tidak peduli terhadap sahabat, ya.." lirihnya
kemudian berharap mereka mati dengan kejam. Ia menjalankan becaknya
dengan tidak hati-hati, sehingga dia tidak melihat sebuah bus lewat. Bus
itu menabraknya dengan keras. Sang tukang becak terlempar, kemudian
tertabrak mobil, terlempar lagi, kemudian di tabrak motor. Sang tukang
becak terguling-guling di aspal. Belum berakhir, sebuah truk besar
berwarna merah putih melindas sang tukang becak.
"Ya ampun! Tukang becak itu di di gilas truk! Cepat ambil ambulans, Naruto!" teriak Kiba histeris.
"Ambil?" tanya Naruto.
"Panggil, bloon!"
"Baiklah!" kemudian Naruto menelpon ambulans. Tiba-tiba mereka mendengar suara dari balik pohon. Suara tawa.. Yang mengerikan..
Kiba dan Naruto berlari ketakutan. Mereka menarik kaki Sai untuk pergi
karena takut itu adalah hantu yang jahat. Dan jika mereka menunggalkan
Sai, kemungkinan Sai kan di makan, dan mereka yang dituduk melakukannya.
Gaara berhenti tertawa saat merasa sangat sepi. Dia mengintip dari balik pohon dan tidak melihat siapa pun.
"Tidak setia kawan.." ujar Gaara kemudian menangis tersedu-sedu, dalam kurung lebay.
Bagaimana dengan tukang becak itu? Entahlah.. Mungkin masih ada orang yang lebih peduli daripada mereka..
.
.
.
Hinata terbangun. Dia masih di dalam UKS, bersama Sasuke yang membaca novel.
"Sudah bangun?" tanya Sasuke yang melihat Hinata duduk.
Hinata ingin mengatakan 'Menurutmu? Aku duduk, berarti aku bangun!' tapi sayang dia sedang nggak mood. Jadi, sebagai jawaban, Hinata hanya mengangguk saja.
"Kau mau ku antar pulang?" tanya Sasuke lagi.
"T-tidak perlu.." Hinata menjawab. "Nanti merepotkan.."
"Tidak, tidak merepotkan. Lagian, aku yang menawarkan."
Sasuke lalu membantu Hinata berdiri. Hinata jatuh, meninggal, Sasuke menangis, tamat. Hiraukan..
Sasuke membantu Hinata berdiri. Setelah Hinata berdiri, dia membantu
Hinata berjalan ke basemen tempat mobilnya berada. Dia membukakan pintu
untuk Hinata. Hinata yang merasa di perlakukan bak seorang putri hanya
merona merah. Sasuke mengitari mobil dan masuk di tempat pengemudi.
Sasuke menyalakan mobilnya lalu menjalankan mobilnya menuju rumah
Hinata.
"S-sasuke-kun?" panggil Hinata.
"Ya?"
"Kau tau di mana rumahku? Dari mana kau tahu?"
Sasuke gelagapan. Tapi dia tidak seperti Naruto yang langsung frustasi
kemudian menangis lebay. Aneh, bukan? Agar tidak ketahuan, Sasuke
menjawab, "Aku di beritahu Neji." Jawabnya dengan sangat tenang, padahal
hatinya dag dig dug deg dog.
"Oh.."
Sasuke bersyukur Hinata tidak mencurigai apapun. Kalau iya, pasti dia
sudah tidak bernafas lagi. Setelah mengemudia selama 5 menit, mereka
berdua sampai di rumah Hinata dengan selamat, tidak seperti tukang becak
tadi.
"T-terimakasih, S-sasuke-kun.." ujar Hinata sebelum turun dari mobil Sasuke.
Sasuke hanya mengangguk. Setelah Hinata masuk ke dalam rumah, Sasuke
menjalankan mobilnya menuju rumah dengan hati yang gembira. Sungguh, ini
untuk pertama kalinya dia sangat dekat dengan Hinata.
Sumber: http://www.fanfiction.net
http://kisnahafizh1.blogspot.co.id/2012/08/hey-girl-i-love-you_23.html
0 komentar:
Posting Komentar