Noragami – Anime Review
Di antara teman-teman, pasti ada yang suka nonton film hanya karena kalian yakin film itu pasti seru, padahal kalian sudah tau kalau film itu nggak punya cerita yang terlalu penting atau pesan moral yang ‘dalam’… tapi kalian tetap menontonnya karena tau film itu pasti seru dan menghibur.
Nah, seri anime Noragami seperti itu :-)
Seperti kebanyakan anime atau manga yang pernah ‘mampir’ di kehidupan saya; yang ternyata menghibur dan menginspirasi saya, anime ini lewat tanpa sengaja. Seorang teman meng-upload link trailer Noragami dan gambar preview dari link itu menarik perhatian saya, menjadi clickbait yang ternyata menyenangkan. So… terima kasih, teman yang saya nggak ingat namanya.
SINOPSIS
Noragami adalah anime dengan genre aksi, fantasi dan humor; diangkat dari manga karya Adachitoka. Kisahnya bergulir seputar tokoh utama bernama Yato, salah satu dari kurang-lebih delapan juta dewa dalam kepercayaan Shinto. Walau statusnya cuma dewa rendahan, Yato memiliki ambisi besar untuk menaikkan status kedewaannya ke puncak tertinggi. Lucunya, ia mengejar mimpinya dengan cara melakukan pekerjaan-pekerjaan unik, aneh dan remeh untuk manusia, dan setiap pekerjaan tersebut ia kerjakan dengan bayaran hanya 5 yen, jumlah yang diberikan umat Shinto ketika berdoa dan memberikan persembahan di kuil.
Suatu hari, ketika sedang bekerja mencari kucing hilang, Yato diselamatkan oleh seorang gadis sekolahan bernama Hiyori Iki dari tabrakan di jalan raya. Akibatnya, Hiyori jadi ‘setengah mati’ dan mampu berinteraksi dengan alam gaib. Untuk membalas budi, Yato menerima pekerjaan dari Hiyori untuk mencari cara mengembalikan keadaannya; kembali menjadi gadis normal.
Dari sini, petualangan demi petualangan seru, kocak dan terkadang mengharukan bergulir. Menonton Noragami terasa mengalir, lepas dan menyenangkan; bahkan saya sempat sedikit bete karena anime ini selesai dalam 12 episode dan 2 OVA saja.
JAJARAN KARAKTER UNIK
Tokoh-Tokoh Utama
Sepertinya, studio BONES sebagai ‘koki’ Noragami sadar sepenuhnya kalau kisah yang diangkat anime ini biasa-biasa saja. Maka sebagai gantinya, mereka menebusnya dengan humor yang banyak, aksi-aksi seru dan rangkaian karakter yang unik (walau stereotype). Bagi saya, karakter-karakter ini menjadi kekuatan utama Noragami, sehingga saya merasa mereka berhak mendapat spot tersendiri di review ini. Membeberkan tentang jajaran tokoh utama Noragami juga akan membantu mengungkap intisari kisah ini sedikit demi sedikit.
Yato
Sebagai seorang dewa, tokoh utama Noragami ini masuk dalam kategori immortal; entitas yang (sepertinya) tak bisa mati dan telah hidup beratus-ratus tahun.Walau sebenarnya ‘tuir’, dia hadir sebagai sosok seorang remaja pria narsis, pemimpi, ambisius, tapi juga pemalas dan kampungan. Saking narsisnya, Yato kerap menjuluki dirinya sendiri sebagai Yato-gami (Yato God / Dewa Yato) atau Yato-sama (Tuan Yato).
Berdasarkan kodratnya, Yato termasuk “god of calamity”; dewa pembawa bencana. Masa lalunya sebenarnya sangat kelam dan berdarah, sesuatu yang sepertinya ingin ia lupakan dan berdampak dengan menurunnya kekuatan dan reputasinya sebagai dewa. Walau begitu, Yato tetap sangat mahir dan cerdik ketika bertempur melawan phantom, makhluk-makhluk gaib yang mengganggu hidup manusia dengan mempengaruhi bawah sadar mereka. Phantom-phantom ini hanya bisa dibasmi dengan senjata dewa yang disebut regalia.
Karakter Yato cukup kompleks; ia biasanya cuma punya satu tujuan, yaitu mengumpulkan pemuja sebanyak-banyaknya dan menabung agar suatu hari bisa mendirikan kuil pemujaan untuknya sendiri. Ambisi ini seringkali dirusak oleh sifat pemimpi dan pemalasnya. Walau begitu, pada dasarnya Yato adalah dewa yang baik, bijaksana, dan peduli pada manusia.
Yato memiliki hubungan istimewa dengan Yukine, regalia (harta suci) yang ia miliki, dan Hiyori, gadis ‘setengah phantom’ yang menolongnya.
Hiyori Iki
Sebelum membahas karakter Hiyori, mungkin perlu dijelaskan dulu sedikit tentang kaum dewa dan phantom: kedua kaum ini hadir di dunia yang sama dengan manusia biasa, namun di dimensi yang ‘agak geser sedikit’. Mereka sebenarnya kasat mata, namun tak selalu tertangkap oleh kesadaran manusia, kecuali oleh orang-orang tertentu atau bila kedua kaum itu menginginkannya. Dalam kasus Yato dan para dewa, mereka bisa berinteraksi dengan manusia seperti biasa, namun setelahnya, mereka dengan mudah dilupakan begitu saja, seperti mimpi.
Nah, semula, Hiyori hanya seorang siswi SMA biasa yang diam-diam adalah otaku pertandingan gulat; bahkan punya idola juara gulat abadi bernama Touno-sama, yang luar-dalamnya sudah ia hapalkan di luar kepala.
Hidup Hiyori berubah ketika suatu hari ia berpapasan dengan Yato yang sedang memburu kucing hilang (pekerjaannya hari itu). Entah bagaimana, Hiyori bisa menyadari keberadaan Yato, dan ia menyelamatkan dewa narsis itu ketika ia mengejar buruannya di tengah jalan. Akibatnya, Yato (yang sebenarnya tak perlu ditolong karena nggak akan mati juga) selamat dan Hiyori tertabrak mobil. Namun ia nggak mati, melainkan pingsan sementara kesadarannya ‘lepas’ dari tubuhnya. Sejak kejadian itu, Hiyori memiliki kemampuan menjadi half-phantom; keluar dari tubuhnya dan hidup di dimensi yang sama dengan dewa dan para phantom.
Yato yang berhutang budi, kemudian meminta 5 yen dari Hiyori, sebagai tanda jadi kontrak agar Yato bisa mengembalikan Hiyori jadi manusia biasa lagi; sebab, dalam kondisi half-phantomnya, Hiyori jadi bisa meninggalkan ‘tubuh kasarnya’ di mana saja dan kapan saja tanpa bisa dikendalikan. Ini seringkali memicu adegan-adegan lucu yang memancing tawa, seperti ketika ia ‘lepas’ dari badannya di tengah-tengah aksi melompati pagar; sehingga tubuh kasarnya berakhir ‘nyangsang’ di pagar itu. Dalam bentuk half-phantomnya, Hiyori punya insting yang mirip kucing, juga menjadi lebih ringan, gesit dan kuat, sehingga beberapa kali mampu membantu Yato membasmi phantom.
Seiring berjalannya cerita, Hiyori yang awalnya sangat kesal bin gemas dengan tingkah laku Yato yang seolah melupakan kontraknya, lama-lama menjadi terikat dengan dewa konyol itu dan dengan Yukine, regalia-nya. Bahkan, karena rasa sayangnya pada Yukine, ia mengizinkan bocah itu untuk tinggal di rumahnya yang mewah, daripada luntang-lantung di jalanan bersama Yato yang setiap malam tidur di teras kuil yang dingin.
Yukine
Yukine adalah regalia atau ‘harta suci’ kaum dewa. Regalia ini merupakan sisa-sisa jiwa orang yang sudah mati; utamanya jiwa-jiwa yang ‘uncorrupted’ atau bersih. Untuk membasmi phantom, setiap dewa seperti Yato harus memiliki senjata yang berujud dari regalia ini. Regalia Yato sebelumnya, Mayu (yang berbentuk belati), memilih berhenti karena nggak tahan sama sikap dewa kampungan itu, sehingga Yato harus mencari regalia baru.
Waktu lagi dikejar-kejar phantom, Yato menemukan ‘arwah penasaran’ berbentuk sependar cahaya yang bersih. Yato menerawangnya sebagai jiwa anak kecil yang pendiam namun pemberontak. Karena terdesak, ia terpaksa ‘memanggil’ jiwa itu untuk dijadikan senjatanya. Jiwa itu ia namai Yukine, dan wujud senjatanya adalah katana berbalut pita putih yang ia namai Sekki. Di bagian tubuh setiap regalia selalu memiliki tato merah bertuliskan namanya, menandakan kontraknya dengan seorang dewa.
Yukine ternyata adalah anak kecil dengan kekuatan regalia yang kuat namun tak terduga. Ia juga sangat enggan melayani Yato. Walau tak ingat siapa dirinya semasa hidup, ia tetap memiliki perasaan rindu pada kehidupannya yang lalu, juga sifat-sifat lain yang biasa dimiliki seorang anak kecil (seperti takut gelap) yang seringkali membuatnya galau dan melakukan hal-hal yang merugikan Yato dan Hiyori.
Sebagai regalia, Yukine terhubung jiwa dan raga dengan tuannya. Segala emosi kuat yang ia rasakan, akan dirasakan pula oleh Yato. Ini menjadi masalah ketika sifat burukYukine menariknya ke perbuatan-perbuatan negatif (mencuri, merusak, berpikiran mesum dan sebagainya) yang akhirnya bermanifestasi sebagai infeksi fisik (‘blight’) di tubuh Yato, yang akan terus menyebar kecuali ia menyucikannya.
Sebagai Sekki, Yukine adalah senjata yang kuat; jauh lebih kuat dari yang dibayangkan Yato. Ini menyebabkan Yato jadi sangat memperhatikan Yukine seperti anaknya sendiri, walau caranya terkadang bodoh dan nggak langsung kentara. Butuh waktu cukup lama sebelum Yukine menyadari seberapa jauh Yato rela berkorban untuknya; mengapa Yato terus saja mempertahankan Yukine dan bertekad untuk ‘mengasah’ Yato menjadi regalia terbaik yang bisa dimiliki seorang dewa. Ini adalah salah satu plot development terbaik di Noragami, menurut pendapat saya :-)
Tokoh-tokoh Pendukung
Kofuku dan Daikoku
Kofuku adalah dewi kemiskinan yang sangat dihormati di kalangan dewa-dewi; berwujud gadis remaja yang manja. Daikoku adalah regalia-nya, berujud pria dewasa yang sangat protektif pada tuannya, dengan ujud senjata kipas sakti (sangat sakti karena kekuatan Daikoku sebagai regalia sangat besar, walaupun “tak terarah”). Meski membawa kemalangan, Kofuku cukup disepuhkan oleh kaumnya, dan kadang dipanggil ‘Lady Kofuku’ oleh yang mengenalnya.
Bishamon
Berlawanan dengan Kofuku, Bishamon adalah dewi perang yang juga disepuhkan. Ujudnya adalah wanita cantik berambut pirang panjang. Setiap potong pakaian, aksesoris dan benda yang menempel di tubuhnya adalah regalia yang ia miliki, yang semuanya berjumlah 8. Ia memperlakukan regalia-regalianya layaknya sebuah tim yang kompak dengan jabatan dan hirarkinya masing-masing.
Bishamon memiliki dendam yang kuat terhadap Yato, karena dulu, Yato pernah membunuh salah satu regalia-nya. Setiap bertemu, Bishamon nggak pernah basa-basi dan selalu langsung beraksi dengan niat membunuh Yato.
Kazuma
Kazuma adalah salah satu regalia milik Bishamon yang berwujud pria muda berkacamata dan berperawakan kalem. Ujud lainnya adalah anting dengan kekuatan navigasi dan pengumpulan informasi. Dalam tim Bishamon, ia berperan sebagai pejabat intelijen. Kazuma adalah karakter yang tenang dan santun. Kazuma mempunyai hutang budi yang besar pada Yato di masa lalu, sehingga di luar sepengetahuan Bishamon, Kazuma sangat menghormati Yato dan selalu berusaha menolongnya setiap dibutuhkan.
Tenjin
Tenjin adalah dewa ilmu pengetahuan dengan pemuja yang sangat banyak; salah satu dewa tertinggi di kepercayaan Shinto (di dunia Noragami, nggak tau di kehidupan nyata) dan dianggap sebagai sesepuh paling senior di kalangan dewa. Ujudnya adalah pria tua yang kharismatik. Seperti Bishamon, Tenjin memiliki banyak regalia, yang keseluruhannya berwujud gadis cantik. Salah satu regalia baru yang ia miliki adalah Mayu, bekas regalia Yato, yang ‘melamar kerja’ ke Tenjin atas kemauannya sendiri setelah lepas dari dewa kampungan itu.
Walau pastinya bijaksana, Tenjin juga digambarkan sebagai dewa yang terkadang ganjen dan kampungan. Ia menikmati gaya hidup yang santai dan berkelas. Walau secara terang-terangan merendahkan Yato, diam-diam Tenjin juga sangat menghormati dan peduli pada dewa narsis itu.
Nora
Dari namanya, tokoh ini sebenarnya adalah pusat cerita di anime Noragami. Nora adalah regalia ‘liar’ berujud gadis cilik yang imut, dengan ikat kepala putih berbentuk segitiga, ikon dalam budaya Jepang untuk menandakan sosok arwah gentayangan/hantu. Disebut regalia liar karena Nora memiliki kontrak dengan banyak tuan/dewa sekaligus, yang salah satunya adalah Yato. Sekujur tubuh Nora dipenuhi tato nama-nama pemberian dewa-dewa yang mempekerjakannya, yang sebagian besar sudah mati di tangan dewa lain. Regalia seperti Nora memiliki banyak tuan karena ia memang sangat kuat, sehingga banyak peminatnya; yang biasanya menggunakan kekuatannya untuk hal-hal buruk. Regalia liar sangat rentan mengkhianati tuannya. Maka dari itu, walau memiliki kekuatan yang luar biasa, Yato tidak pernah diperlihatkan menggunakan kekuatan Nora, seberapa kerasnyapun gadis itu membujuknya dengan kata-kata manis.
Rabo
Rabo adalah dewa pembawa bencana seperti Yato, yang diperkirakan telah musnah di zaman Edo, namun ternyata berhasil bertahan dan kembali lagi untuk menguasai alam semesta; sebuah cita-cita penjahat yang paling klise sebenarnya. Dulunya, Rabo adalah sahabat Yato, namun kejadian tertentu telah memutuskan hubungan mereka, merubah pribadi Yato menjadi dirinya yang sekarang. Rabo memiliki ambisi untuk memanfaatkan regalia dan kaum phantom untuk meningkatkan kekuatannya (yang sebenarnya sudah sangat kuat), dan dengan senang hati memanfaatkan Nora untuk mencapai tujuan itu.
Seperti yang sudah bisa ditebak sejak awal kemunculannya, Rabo adalah musuh pamungkas Yato di serial ini.
THE GOOD
1) Studio BONES sudah punya reputasi menghadirkan anime-anime yang seru dan cerdas meramu komedi.
2) Noragami memakai resep yang sudah sangat familiar untuk menjadikannya unik dan mudah meresap ke dalam pop culture, terutama para otaku. Resep atau gimmick ini di antaranya: Kisah sederhana namun mengandalkan penokohan dan aksi seru, tokoh-tokoh yang sangat cosplayable, jurus pamungkas yang selalu diulang (lengkap dengan monolog pengiring yang sama / ‘catchphrase’) —biasanya menandakan momen ketika sang jagoan akan menang, jajaran karakter yang sebenarnya arketipe yang sudah sering digunakan, dan tentunya… panty-shots!
3) Karakter Yato sangat menarik buat dinikmati; sehingga ia sangat pantas menjadi tokoh utama serial ini. Walau sudut pandang cerita seringkali terbagi rata antara Yato dengan Hiyori, namun setiap adegan dengan Yato di dalamnya selalu memberi rasa tersendiri. Yato adalah contoh baik dari pengembangan karakter yang kompleks.
4) Potongan-potongan adegan tergarap dengan baik, walau mengorbankan konsistensi cerita besarnya. Ini bisa dilihat dari detail-detail yang memperkuat karakter seperti impian-impian muluk Yato, grafiti-grafiti yang ia tinggalkan di mana-mana bertuliskan nama dan nomor teleponnya (termasuk di kubikel WC wanita), pekerjaan-pekerjaan remeh yang ia lakukan seperti membersihkan kamar mandi dan menolong orang yang minta dicegah dari bunuh diri… Potongan adegan ini bekerja efektif memancing emosi yang sesuai dari penontonnya (yaitu saya). Setiap adegan drama menyentuh, setiap komedi memancing tawa, setiap aksi bikin mata nggak lepas dari layar.
5) Noragami cukup memperhatikan kualitas visual dan animasi. Tampak jelas kalau BONES memberi perhatian besar pada disain, komposisi dan warna; walau sayangnya kedodoran di beberapa bagian. Gaya gambar dan disain karakternya juga patut diacungi jempol.
6) Soundtrack Noragami cukup kontemporer dan eksperimental, sehingga membantu membentuk atmosfir tersendiri. Terkadang rock n roll, terkadang mistis. Soundtrack ini khususnya tampak terpadu sempurna dengan visualnya ketika kita pertama kali memulai episode 1 dan menyaksikan intro-nya.
7) Hanya ada 12 episode dan 2 OVA dalam seri Noragami. Mungkin ini poin yang aneh, tapi saya menganggapnya sebagai poin positif karena Noragami menebusnya dengan kualitas produksi yang nggak main-main.
THE BAD (Spoiler Alert)
1) Cerita besar yang lemah. Kurang ada ruang buat pengembangan karakter dan kisah keseluruhan. Perhatian pada cerita semakin kedodoran semakin jauh kita menontonnya.
2) Hiyori adalah karakter paling lemah di Noragami. Ia tak ubahnya Bella Swan dari trilogi Twilight; karakter perempuan ideal yang sebenarnya “kosong” karena berperan sebagai sudut pandang penonton. Hiyori tampil dengan karakter yang tidak konsisten, bahkan sering berakhir sebagai ‘deadweight’; kadang berguna di cerita kadang tidak.
3) Beberapa supporting karakter nggak pernah mendapat porsi yang memadai, terutama Bishamon dan timnya, yang dikisahkan sangat dendam pada Yato. Namun pada prakteknya, bisa dibilang ia hanya muncul SATU KALI dalam keseluruhan seri Noragami, dan selanjutnya, karakternya dibiarkan mengambang begitu saja.
4) Terlalu banyak karakter untuk jumlah episode yang sedikit; sehingga, buat yang ingin menikmati Noragami secara utuh sepertinya harus baca manga-nya dulu, yang tentunya lebih panjang dan lengkap.
5) Dua episode OVA yang sama sekali nggak berguna dan hanya berfungsi layaknya filler di seri-seri panjang. Kisah-kisah dalam OVA-nya sama sekali nggak menyumbang sesuatu yang baru untuk seri utamanya. Mereka cukup menghibur apabila memang dianggap berdiri sendiri, tapi sama sekali nggak bisa dinikmati kalau belum nonton 12 episode utamanya.
6) Rabo adalah final boss yang dipaksakan dan diolah dengan terburu-buru. Cukup segitu saja penjelasan tentang Rabo.
7) Nora, si regalia liar, nggak pernah benar-benar dijelaskan asal-usulnya. Padahal, secara judul seri ini Noragami, saya berharap ia memiliki porsi yang setidaknya setara dengan Yato.
THE VERDICT
Noragami adalah seri anime yang sangat layak dinikmati baik buat otaku maupun buat pecinta film animasi pada umumnya. Ceritanya yang sederhana menjadikannya sarana yang cocok buat melewatkan waktu senggang, apalagi dikombo dengan kualitas visual yang apik, adegan-adegan seru dan kocak, juga pastinya tokoh utama yang unik dan memorable.
Definitely recommended! Semangat menonton!
https://tomassoejakto.wordpress.com/2014/11/08/noragami-an-anime-review/
0 komentar:
Posting Komentar